Ad Code

Impulsive Buying di Bulan Ramadan


SALAH satu “godaan terbesar” pada saat Ramadan adalah iklan produk yang merajalela dan menghiasi berbagai media massa cetak dan elektronik bahkanmasuk ke kamar-kamar privasi kita melalu sosial media yang kita miliki. Dampaknya, kalau kita tak punya “keimanan” yang kokoh, akan mudah tergoda dan terpesona dengan berbagai produk yang di tawarkan. Akibat berikutnya tentu saja kita akan terjebak dalam perilaku impulsive buying.

Impulsive buying atau pembelian impulsif adalah perilaku pembelian yang dilakukan sesorang tanpa melalui perencanaan atau pemikiran sebelumnya. Perilaku pembeli yang tanpa perencanaan ini lebih didorong oleh respon emosional terhadap suatu produk atau situasi, bukan pengambilan keputusan yang rasional.

Pembelian impulsif dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya iklan, promosi, tampilan produk, suasana hati, dan tekanan sosial. Hal ini dapat terjadi baik dalam konteks belanja online maupun offline dan dapat melibatkan berbagai produk, mulai dari barang kecil seperti makanan ringan atau kosmetik hingga pembelian yang lebih besar seperti barang elektronik atau pakaian dan sebagainya.

Di satu sisi pembelian impulsif dapat memberikan kepuasan batin secara instan, namun di sisi lain juga dapat menyebabkan penyesalan dan kekecewaan pembeli, terutama jika barang yang dibeli ternyata tidak sesuai, tidak memuaskan bahkan tidak diperlukan.

Banyak Kasus

Banyak contoh-contoh kasus yang terjadi pada masyarakat terkait dengan impulsive buying ini. Kita ilustrasikan saja misalnya di bulan Ramadan ini kita ngabuburit ke pusat perbelanjaan. Memang awalnya kita tidak memiliki niat untuk berbelanja, tetapi ketika berada di pusat perbelanjaan dengan melihat display aneka barang dengan beragam diskon dan penampilan produk yang menarik untuk dibeli.

Di blok pertama kita melihat display pakaian yang menawarkan diskon besar-besaran. Kita masuk dan mulai mencoba beberapa pakaian yang menarik. Meskipun kita sudah memiliki banyak pakaian, kita terpesona dengan diskon tersebut dan akhirnya membeli beberapa potong yang sebenarnya belum tentu kita butuhkan. 

Berikutnya kita keluar dari blok pakaian, kita melewati blok sepatu. Kita pun tergoda dengan tampilan sepatu yang dipajang dan melihat lebih dekat. Tanpa memikirkan anggaran atau kebutuhan sebenarnya, kita memutuskan untuk membeli sepatu tersebut. Bahkan kita membeli beberapa pasang sepatu untuk berbagai keperluan, jogging, sepatu formal untuk kerja, untuk bersantai dan sebagainya. Kita merasa senang dan puas dengan pembelian itu pada awalnya, tetapi kemudian muncul perasaan penyesalan karena menyadari bahwa kita telah mengeluarkan uang yang sebenarnya bisa digunakan untuk hal-hal lain yang lebih penting.

Begitu seterusnya yang terjadi pada perilkau belanja kita. Setelah menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan, kita pulang dengan banyak tas belanja dan perasaan campur aduk. Kita senang dengan beberapa item yang telah kita beli, tetapi juga merasa bersalah karena telah mengabaikan anggaran dan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan.

Kisah ini menggambarkan bagaimana seseorang dapat terjebak dalam pola belanja impulsif di pusat perbelanjaan. Perasaan tergoda oleh diskon, penawaran khusus, dan penampilan produk yang menarik dapat membuat seseorang kehilangan kendali atas pengeluaran mereka. Untuk menghindari pembelian impulsif, kita harus memiliki rencana belanja yang terencana, menentukan anggaran, dan mengingatkan diri sendiri untuk mempertimbangkan nilai dan kebutuhan sebenarnya dari produk sebelum melakukan pembelian.

Bagaimana Menghindarinya?

Menghindari pembelian impulsif tentu membutuhkan kesadaran dan pengendalian diri. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu kita menghindari belanja impulsif: Pertama, membuat anggaran belanja. Kita bisa menetapkan anggaran belanja yang rasional dan realistis. Menentukan berapa banyak uang yang dapat kita alokasikan untuk keperluan belanja dan patuhi batas tersebut. Dengan memiliki anggaran yang jelas, kita akan lebih berpikir dua kali sebelum belanja.

Kedua, membuat daftar belanja. Sebelum pergi berbelanja, kita dapat membuatb daftar belanjaan yang rinci. Menuliskan barang-barang yang memang kita perlukan dan taat pada daftar tersebut.

Ketiga, menahan dairi dari "uang cepat". Jika kita melihat barang yang mahal dan menginginkannya seketika, berikan diri sendiri waktu 24 jam atau lebih untuk mempertimbangkan apakah benar-benar membutuhkannya atau hanya tergoda oleh impulsivitas.

Keempat, menghindari berbagai godaan. Jika kita tahu bahwa ada toko atau lingkungan yang sering memicu pembelian impulsif, sebisa mungkin kita menghindarinya. Jika berbelanja online, menghapus kartu kredit atau informasi pembayaran yang tersimpan di situs web agar tidak mudah melakukan pembelian dengan sekali klik.

Kelima, evaluasi motivasi belanja. Sebelum melakukan pembelian, menanyakan pada diri sendiri apa motivasi di balik keinginan untuk membeli barang tersebut. Apakah hal tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan atau hanya keinginan sesaat yang akan cepat memudar. 

Keenam, fokus pada tujuan keuangan jangka panjang. Mengingatkan diri sendiri pada tujuan keuangan jangka panjang. Apakah itu menabung untuk membeli rumah, membayar utang, atau mempersiapkan pensiun. Dengan menjaga fokus pada tujuan keuangan yang lebih besar, kita akan lebih termotivasi untuk menghindari pembelian impulsif yang dapat menghambat kemajuan keuangan kita.

Dengan mengadopsi langkah-langkah tersebut dan mengembangkan kesadaran diri tentang pola belanja kita, kita dapat mengurangi kecenderungan untuk melakukan pembelian impulsif dan mengelola keuangan kita dengan lebih baik. Bukankah esensi dari puasa Ramadan adalah pengendalian diri, termasuk mengendalikan diri dalam berbelanja? Semoga!


Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code