![]() |
Tanaman empon-empon [Foto: pinterest] |
AWAL pandemi COVID-19 lalu menjadi titik balik bagi banyak aspek kehidupan kita. Bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga soal gaya hidup, kebiasaan sehari-hari, bahkan cara kita memandang kebutuhan dasar seperti pangan. Ketika mobilitas dibatasi dan ketakutan akan kekurangan bahan makanan merebak, banyak dari kita mulai kembali menengok halaman rumah, pot-pot kosong, dan pekarangan kecil untuk ditanami. Pada masa itulah, sejumlah tanaman "naik daun" dan menjadi primadona baru di kalangan masyarakat.
Tanaman-tanaman ini tidak hanya mudah ditanam, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi kebutuhan dapur dan kesehatan. Sebut saja cabai rawit, daun bawang, dan tomat. Tanaman ini menjadi favorit karena sering digunakan dalam masakan harian kita. Tidak sedikit dari kita yang tiba-tiba menjadi "petani dadakan", mencoba menanam sayuran sendiri untuk menghindari sering keluar rumah ke pasar.
Salah satu tanaman yang paling banyak dicari saat itu adalah jahe. Sejak awal COVID-19, jahe dipercaya mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Permintaan jahe melonjak drastis, dan banyak dari kita yang kemudian mencoba menanamnya sendiri di rumah. Selain jahe, kunyit, temulawak, dan kencur juga turut populer. Tanaman-tanaman herbal ini biasanya hanya dikenal oleh segelintir orang, tetapi pandemi telah membuatnya masuk ke dalam daftar wajib tanam versi rumahan.
Tak hanya tanaman herbal, sayuran daun seperti kangkung, bayam, dan sawi juga mengalami lonjakan popularitas. Kita mulai menyadari bahwa menanam sayuran hijau bisa dilakukan tanpa harus memiliki lahan luas. Metode tanam sederhana seperti hidroponik dan vertikultur mulai digemari. Bahkan di kalangan masyarakat urban yang tinggal di apartemen, pot-pot kecil di balkon disulap menjadi ladang mini yang produktif.
Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam situasi darurat seperti pandemi, kita memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan mandiri, terutama dalam hal pangan. Ketakutan akan kelangkaan makanan mendorong kita untuk berpikir kreatif dan memanfaatkan apa yang ada. Tak heran, jika kemudian muncul berbagai komunitas tanam-menanam di media sosial yang saling berbagi tips dan pengalaman. Kita tidak lagi melihat berkebun sebagai kegiatan yang melelahkan, tetapi sebagai solusi hidup sehat dan hemat di tengah ketidakpastian.
Dari sini, kita bisa melihat bahwa pandemi bukan hanya membawa kesulitan, tetapi juga peluang untuk kembali ke alam. Menanam bukan lagi sekadar hobi, tetapi menjadi bentuk ketahanan pribadi dan keluarga. Ketika kita mampu menghasilkan sayuran sendiri, kita tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga menjaga kesehatan keluarga dari paparan luar.
Meskipun pandemi mulai mereda, kebiasaan ini tidak serta-merta ditinggalkan. Banyak dari kita yang merasa nyaman dengan gaya hidup baru ini. Tanaman yang dahulu naik daun di awal pandemi kini menjadi bagian dari keseharian kita. Mereka bukan hanya menghiasi halaman rumah, tetapi juga menjadi simbol ketahanan, kemandirian, dan harapan.
Sebagai refleksi, pandemi COVID-19 telah membuka mata kita bahwa ketersediaan pangan sangat penting. Kita tidak bisa selalu bergantung pada pasokan pasar. Menanam tanaman sendiri, meski hanya sedikit, adalah langkah kecil namun berarti dalam menjaga ketahanan pangan keluarga. Dengan begitu, kita tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh bersama alam, bahkan di tengah krisis.
0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!