Ad Code

Mengelola Transisi Demografi untuk Pembangunan Ekonomi Indonesia


TRANSISI demografi adalah perjalanan panjang yang dialami setiap negara ketika struktur penduduknya berubah akibat pergeseran tingkat kelahiran, kematian, dan perkembangan sosial-ekonomi. Indonesia sedang berada di fase krusial dari perjalanan itu. Dalam ilmu ekonomi pembangunan, perubahan komposisi penduduk bukan sekadar fenomena statistik—melainkan peluang besar yang menentukan arah pertumbuhan ekonomi beberapa dekade ke depan. Karena itu, memahami tahapan transisi demografi dan implikasinya bagi pembangunan menjadi hal yang tidak bisa kita abaikan.

Secara teoritis, transisi demografi terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama, pre-industrial, ditandai oleh angka kelahiran dan kematian yang sama-sama tinggi, sekitar 40–50 per seribu penduduk. Pertumbuhan penduduk rendah karena tingginya risiko wabah penyakit, kelaparan, dan rendahnya layanan kesehatan. Pada masa ini, perekonomian cenderung bersifat agraris dengan produktivitas rendah, sehingga masyarakat sangat rentan terhadap gejolak ekonomi dan lingkungan.

Tahap kedua, early industrial, dimulai ketika kemajuan teknologi dan kesehatan menurunkan angka kematian secara drastis. Revolusi industri, penemuan antibiotik, serta meningkatnya sanitasi membuat masyarakat hidup lebih lama dan lebih sehat. Namun tingkat kelahiran masih tinggi, menyebabkan ledakan penduduk. Banyak negara berkembang, termasuk Indonesia pada pertengahan abad ke-20, pernah berada di fase ini. Lonjakan jumlah penduduk menciptakan tantangan ekonomi berupa kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan dalam skala besar.

Masuk ke tahap ketiga, industrial, perilaku masyarakat berubah seiring meningkatnya pendidikan, urbanisasi, dan keterlibatan perempuan di pasar kerja. Angka kelahiran mulai menurun tajam, sementara angka kematian menurun lebih lambat. Program keluarga berencana yang gencar sejak era 1970–1990 membantu Indonesia mempercepat penurunan fertilitas. Konsep keluarga kecil diterima luas, dan pembangunan manusia meningkat. Pada tahap ini, banyak negara menikmati “bonus demografi”—proporsi penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia nonproduktif.

Kini Indonesia bergerak menuju tahap keempat, mature industrial, ketika angka kelahiran dan kematian sama-sama rendah. Pertumbuhan penduduk melambat, bahkan beberapa provinsi mulai menunjukkan pola penuaan penduduk. Pada tahap ini, negara akan menghadapi tantangan baru: bagaimana menjaga pertumbuhan ekonomi ketika populasi menua dan rasio ketergantungan meningkat.

Menurut Data Sensus Penduduk Indonesia 2023, proporsi penduduk usia produktif (15–64 tahun) mencapai sekitar 69 persen, yang merupakan salah satu rasio tertinggi sepanjang sejarah demografi Indonesia. Sementara tingkat fertilitas total (TFR) kini turun menjadi sekitar 2,18 anak per perempuan, mendekati tingkat penggantian (replacement level). Angka harapan hidup juga terus naik mencapai 74 tahun. Data terbaru ini menunjukkan bahwa kita sedang berada di ambang akhir tahap ketiga dan mulai memasuki tahap keempat transisi demografi.

Dari perspektif ekonomi pembangunan, kondisi ini ialah peluang sekaligus peringatan. Jika kita mampu menyediakan pendidikan berkualitas, menciptakan lapangan kerja produktif, memperluas inklusi digital, dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja, maka kita dapat mengubah struktur penduduk produktif menjadi motor pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Bonus demografi dapat mendorong peningkatan pendapatan nasional, memperkuat daya beli, dan memperluas basis ekonomi kreatif dan teknologi.

Namun tanpa kebijakan tepat, bonus ini bisa berubah menjadi beban. Tingginya pengangguran muda, ketidakmerataan pembangunan wilayah, dan kualitas pendidikan yang belum merata dapat menghambat transformasi itu. Selain itu, penuaan penduduk yang mulai muncul di beberapa daerah menuntut kita mempersiapkan sistem perlindungan sosial, layanan kesehatan lansia, serta reformasi jaminan pensiun sejak sekarang.

Transisi demografi adalah keniscayaan, tetapi bagaimana kita memanfaatkannya sepenuhnya adalah pilihan. Kita memiliki jendela waktu yang terbatas sebelum proporsi penduduk usia produktif mulai menurun. Karena itu, marilah kita melihat perubahan demografi sebagai panggilan untuk memperkuat kualitas manusia Indonesia. Dengan strategi ekonomi pembangunan yang inklusif dan berorientasi jangka panjang, kita bisa memastikan bahwa momentum emas ini benar-benar menghasilkan kemakmuran bagi generasi sekarang dan yang akan datang.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code