Ad Code

Masih Adakah yang Membaca Koran Cetak?

Sumber gambar: marketplus.co.id

MASIH adakah saat ini orang yang membaca koran cetak ditengah gempuran bertubi-tubi dan masif media online atau platform digital yang menembus sampai kamar kita? Saya yakin jawabannya masih ada meskipun jumlahnya turun jauh dibanding 10 atau 20 tahun yang lalu. Terbukti beberapa koran cetak lokal maupun nasional saat ini mulai bertumbangan alias tak terbit lagi. Sebut saja salah satu koran besar skala nasional, Republika, yang beberapa waktu lalu terpaksa off cetak. 

Saya sendiri tak pernah berlangganan koran. Namun waktu SD sampai SMP seringkali dibelikan bapak saya koran ketika harus turun gunung. Ya, ditempat saya jauh dari peradaban kota dan juga peradaban koran. Harus pergi turun gunung ke kecamatan sebelah (Mojoagung) yang berjarak sekitar 22 km dari tempat tinggal. Yang saya ingat yang dibeli adalah koran Jawa Pos dengan logo waktu itu peta Jawa Timur. Yang saya baca awal tentu berita olah raga dan terutama yang ada berita tentang Niac Mitra atau Persebaya, dua tim sepakbola favorit saya kala itu.

Menjelang 2000-an saya juga masih membaca beragam koran seperti Jawa Pos, Kompas, Suara Karya (masjid dekat asrama dapat kiriman karena mungkin “afiliasinya” sama) dan Tabloid Bola. Waktu tinggal di Bogor paling sering saya baca dan beli adalah koran Indopos (group Jawa Pos) dan Kompas meskipun banyak pilihan koran yang terbit di Jabotabek. Setahu saya yang paling banyak beredar dan diedarkan sampai masuk gerbong KRL adalah Warta Kota dan koran traffic light seperti koran Lampu Merah, mirip koran Memorandum yang terbit di Suarabaya, yang berita dan gambarnya terlalu sadis dan mengerikan, dan itu sebabnya saya tak membaca dan apatahlagi membelinya.

Selepas dari Bogor balik ke kampung, saya masih membeli (tidak setiap hari) dan membaca Kompas, koran Sindo, Media Indonesia, dan koran Surya, tentu masih secara eceran. Ikutan-ikutan mulai belajar bagaimana cara menulis di koran-koran ini terutama koran Kompas (ada edisi Jabar dan Jatim) dan koran Surya. Periode 2006-2010 kedua koran terakhir inilah yang sering memuat tulisan belajaran saya. Selanjutnya untuk melihat bahwa tulisan di muat atau tidak terpaksa harus membeli korannya (versi online belum selengkap sekarang). Sampai saat ini, meskipun agak jarang baca, koran Kompas yang mulai defisit jumlah halamanya, masih menjadi “hidangan” yang tersisa, karena instansi dimana saya berada, masih berlangganan koran ini. 

Lalu apa keseruan dan asyiknya membaca koran cetak itu? Membaca koran cetak (menurut saya) memiliki beberapa kelebihan dan keasyikan tersendiri dibandingkan membaca berita di platform digital. Ini adalah beberapa hal yang membuat membaca koran cetak menjadi asyik. Pertama, pengalaman membaca yang berbeda. Membaca koran cetak kita dapat merasakan kertas dan aroma tinta yang khas dari koran. Hal ini membuat membaca koran cetak terasa lebih nyata dan memiliki nuansa yang berbeda dengan membaca berita di platform digital. Apalagi membacanya sambil ditemani secangkir kopi dan sepotong singkong goreng.

Kedua, berita dan tulisan yang lebih berbobot. Koran cetak biasanya memiliki editorial dan redaksi yang sangat selektif dan ketat dalam memilih berita dan artikel yang akan dimuat, sehingga berita atau artikel yang ada memiliki kualitas dan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan berita yang ditemukan di platform digital.

Ketiga, membantu meningkatkan keterampilan membaca dan konsentrasi. Seperti halnya membaca buku, membaca koran cetak dapat membantu meningkatkan keterampilan membaca dan konsentrasi kita, karena membaca koran cetak memerlukan fokus yang lebih tinggi dan tidak ada gangguan dari notifikasi ponsel atau internet.

Keempat, menambah wawasan dan pengetahuan. Membaca koran cetak juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita, karena koran cetak seringkali menyajikan berita dan opini dari berbagai sumber yang berbeda.

Kelima, melatih keterampilan berbahasa dan menambah kosakata. Membaca koran cetak dapat membantu melatih keterampilan berbahasa dan menambah kosakata kita, karena koran cetak seringkali menggunakan bahasa yang lebih formal dan kaya kosakata.

Itulah beberapa keseruang dan keasyikan membaca koran cetak. Tentu kita tak perlu membanding dengan antara koran cetak dan versi onlinenya. Keduanya sama punya nilai plus dan minus, punya keseruan dan keasyikan tersendiri ketika membacanya.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code