Tumpukan Sampah di Pinggir Jalanan antara Mojoagung dan Mojowarno [Selasa, 28 Mei 2024]. |
SEBAGAI kabupaten yang masih memiliki lahan pertanian dan hutan yang luas, tentu Kabupaten Jombang mempunyai ruas jalan yang banyak dan panjang untuk menghubungan antar wilayahnya maupun dengan kota atau kabupaten lainnya. Per 2024 ini, ada sekitar 500 ruas jalan dengan panjang mencapai 1.215 kilometer, yang membentang di atas wilayah Kabupaten Jombang. Dari keseluruhan ruas jalan itu, tak semuanya berada di perkampungaa atau perkotaan, justru yang paling banyak jalan antar penghubung wilayah di dalam kabupaten. Jalan yang kanan-kirinya masih area pertanian atau hutan yang jarang atau tidak ada pemukimannya. Kawasan seperti ini, yang sepi dan jauh dari pemukiman penduduk, biasanya di Jombang atau oleh orang-orang di sekitar saya biasanya disebut dengan "tuangan".
Jaman dahulu, tuangan seringkali menjadi "tempat nyaman" bagi orang-orang yang yang suka berbuat jahat. Di kawasan yang sering disebut "tuangan" itu seringakli terjadi tindak kejahatan seperti pembegalan atau perampokan. Itu makanya jaman dahulu untuk melewati kawasan ini perlu nyali yang besar, berhati-hati dan waspada atau tidak boleh sendirian. Namun saat ini tuangan di Jombang sudah berubah dan "beralih" fungsi.
Saat ini, tuangan sudah menjadi tempat pembuangan sampah yang paling "praktis" dan terpanjang serta menghadirkan pemandangan yang menyedihkan. Banyak masyarakat yang membuang sampah sambil lalu atau sambil berkendara di pinggir-pinggir jalanan yang sepi. Hampir tak ada ruas jalan di Jombang, terutama jalanan yang jauh dari pemukiman, steril dari tumpukan sampah-sampah yang dihasilkan masyarakat. Sampah-sampah rumah tangga semacam plastik kemasan, popok bayi dan sebagainya seringkali kita temui.
Dampaknya tentu tidak hanya terasa secara visual, tetapi juga memberikan implikasi yang cukup serius terhadap lingkungan sekitar. Tumpukan sampah yang menumpuk di tuangan tidak hanya membuat pemandangan tidak sedap, tetapi juga memberikan kesan kotor dan jorok. Hal ini dapat menciptakan citra buruk bagi lingkungan sekitar dan menurunkan kualitas estetika daerah kita.
Selain pencemaran visual, membuang sampah di tuangan juga berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan yang lebih serius. Sampah-sampah tersebut, seperti menjelang musim kemarau saat ini dapat terbawa angin dan bersekan, bahkan sampai ke aspal jalanan. Sebaliknya jika musim hujan bisa terbawa air, mengalir sampai ke saluran air dan akhirnya mencemari sungai. Selain itu, sampah-sampah tersebut juga bisa menjadi tempat berkembangbiaknya hama dan penyakit, meningkatkan risiko kesehatan masyarakat sekitar termasuk air lindi yang dihasilkannya.
Tidak hanya itu, membuang sampah di tuangan juga berdampak pada runtuhnya citra sebagai warga Jombang yang katanya beriman. Tindakan membuang sampah sembarangan, seperti di tuangan atau pinggiran jalan seperti ini, mencerminkan sikap acuh tak acuh terhadap lingkungan dan masyarakat lainnya sekaligus barangkali mencerminkan cara beragama kita. Bukankah kebersihan itu sebagian dari iman?
Oleh karena itu, sebagai anggota masyarakat yang peduli terhadap lingkungan, kita harus berusaha untuk tidak membuang sampah di tuangan. Kita harus mengutamakan penggunaan tempat sampah yang telah disediakan, memilah sampah sesuai jenisnya, dan mendukung program-program pemerintah dalam pengelolaan sampah. Dengan demikian, kita dapat menjaga kebersihan lingkungan, memperindah pemandangan, dan meningkatkan kualitas hidup bersama sekaligus menghindari dosa-dosa ekologis.
1 Komentar
Enek tunggal nya
BalasHapusThanks for your visiting and comments!