Tinjauan pustaka bukan hanya sekadar kumpulan referensi, tetapi juga refleksi atas pemahaman kita terhadap fenomena yang diteliti. Melalui bagian ini, kita mengidentifikasi teori-teori relevan, menemukan kesenjangan penelitian (research gap), serta memperlihatkan posisi penelitian kita di antara literatur yang sudah ada. Misalnya dalam konteks penelitian bisang akuntansi, tinjauan pustaka membantu kita memahami bagaimana teori akuntansi—seperti teori keagenan (agency theory), teori legitimasi, atau teori sinyal (signaling theory)—dapat menjelaskan perilaku pelaporan keuangan, pengambilan keputusan manajerial, hingga reaksi pasar modal.
Kita perlu menyadari bahwa dalam riset akuntansi, tidak ada teori yang berdiri sendiri. Misalnya, teori keagenan menjelaskan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sementara teori legitimasi menjelaskan upaya perusahaan dalam menjaga citra di mata publik. Ketika kita meneliti topik seperti pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) atau praktik manajemen laba, menggabungkan dua teori ini dapat memberikan sudut pandang yang lebih kaya dan kontekstual. Di sinilah tinjauan pustaka memainkan peran strategis—menjadi ruang dialog antara teori dan fenomena nyata.
Setelah melakukan tinjauan pustaka yang mendalam, langkah berikutnya adalah membangun kerangka pemikiran. Bagian ini merupakan peta logika penelitian kita. Ia menjelaskan bagaimana variabel-variabel penelitian saling berhubungan, mengapa hubungan tersebut mungkin terjadi, dan bagaimana teori mendasari arah hubungan itu. Kerangka pemikiran bukan sekadar bagan panah yang menghubungkan variabel X dan Y, tetapi harus memuat argumentasi konseptual yang kokoh dan rasional.
Dalam konteks penelitian akuntansi, kerangka pemikiran bisa menggambarkan bagaimana tata kelola perusahaan (corporate governance) memengaruhi kualitas laporan keuangan, atau bagaimana sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Kita perlu menjelaskan hubungan ini berdasarkan teori dan hasil riset terdahulu, bukan hanya berdasarkan intuisi. Dengan demikian, penelitian kita akan memiliki kekuatan ilmiah sekaligus kejelasan arah analisis.
Lebih jauh, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran juga menjadi dasar dalam menyusun hipotesis. Hipotesis tidak muncul secara acak, tetapi tumbuh dari pemikiran logis yang dirangkai melalui literatur. Ketika kita menulis bagian ini dengan cermat, kita sebenarnya sedang menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan analitis—dua kompetensi utama yang wajib dimiliki seorang peneliti.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bagian tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran dalam sebuah peneletian atau rencana penelitian, bukan sekadar formalitas akademik, melainkan proses intelektual yang menguji sejauh mana kita mampu memahami, mengkritisi, dan mengembangkan teori. Melalui proses ini, kita belajar bahwa penelitian bukan hanya mencari jawaban, tetapi juga memperkaya cara berpikir ilmiah dalam memahami realitas di sekitar kita yang terus berkembang.
0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!