SEO adalah serangkaian proses sistematis untuk meningkatkan jumlah dan kualitas kunjungan ke sebuah situs web melalui mesin pencari seperti Google. Sederhananya, SEO membantu produk dan informasi kita muncul di halaman pertama hasil pencarian (Search Engine Result Page/SERP). Data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen pengguna internet hanya membuka hasil pencarian di halaman pertama, dan sekitar 30 persen klik jatuh pada peringkat teratas. Artinya, jika produk pertanian kita tidak muncul di sana, peluang pasar bisa hilang begitu saja.
Bagi kita, pelaku pertanian dan agribisnis, SEO bukan konsep yang jauh atau rumit. Bayangkan petani kopi di Wonosalam, Gayo, atau Toraja yang kini tidak hanya menjual biji kopi ke tengkulak, tetapi juga memasarkan kopi single origin melalui website atau marketplace. Dengan menerapkan SEO yang baik—misalnya menggunakan kata kunci seperti “Kopi Ekselsa Wonosalam Organik”—produk kita bisa ditemukan langsung oleh konsumen di Jakarta, Surabaya, bahkan luar negeri.
Contoh lain datang dari sektor hortikultura. Saat ini permintaan sayuran organik meningkat pesat. Berdasarkan laporan Kementerian Pertanian tahun 2024, pasar produk organik di Indonesia tumbuh rata-rata 15 persen per tahun. Ketika kita mengelola website atau media sosial untuk menjual bayam organik, tomat hidroponik, atau cabai bebas pestisida, penggunaan kata kunci yang tepat seperti “sayuran organik segar Bandung” atau “cabai hidroponik premium” akan sangat menentukan apakah calon pembeli menemukan kita atau justru kompetitor.
SEO juga memberi keuntungan dari sisi efisiensi biaya. Berbeda dengan iklan berbayar yang berhenti begitu dana habis, SEO bekerja dalam jangka panjang. Konten artikel tentang “cara memilih beras sehat untuk keluarga” atau “manfaat beras merah lokal” yang kita optimalkan hari ini bisa mendatangkan pengunjung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Ini berarti promosi yang lebih hemat, tetapi berkelanjutan.
Dalam website ataupun blog, kita mengenal SEO on-page dan SEO off-page. SEO on-page berkaitan dengan optimasi di dalam website kita sendiri, seperti judul artikel, penggunaan kata kunci, struktur tulisan, dan kecepatan halaman. Sementara itu, SEO off-page berkaitan dengan faktor luar, seperti tautan (backlink) dari website lain. Misalnya, ketika produk madu hutan kita direview oleh media online pertanian, reputasi digital kita ikut meningkat di mata mesin pencari.
Dengan demikian, SEO bukan sekadar teknik pemasaran digital, melainkan strategi adaptasi. Pertanian kita sedang berhadapan dengan perubahan perilaku konsumen yang semakin digital. Jika kita ingin produk pertanian lokal—beras, kopi, buah, sayur, hingga produk olahan—tetap kompetitif, maka kita perlu hadir di ruang yang sama dengan konsumen, di gawai dan di layar pencarian mereka. Dari ladang ke layar pencarian, SEO adalah jembatan yang tidak bisa lagi kita abaikan.


0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!