Ad Code

Dari Pesantren Sampai Parlemen: Jejak Spiritualitas dan Kepemimpinan KH. Musta’in Romly


DALAM lintasan sejarah pesantren di Indonesia, nama KH. Musta’in Romly mungkin tidak sepopuler tokoh nasionalis atau pemimpin ormas besar di masa kini. Namun, jika kita menelusuri rekam jejaknya, beliau merupakan figur kiai yang memadukan peran ulama, pendidik, dan negarawan secara utuh. Lahir di Rejoso, Jombang pada 31 Agustus 1931, KH. Musta’in Romly adalah sosok penerus perjuangan spiritual dan intelektual KH. Romly Tamim, pendiri Pondok Pesantren Darul Ulum, yang kini menjadi salah satu pesantren besar dan modern di Jawa Timur.

Kita patut belajar dari bagaimana beliau meniti jalan pengabdian. Pendidikan dasar ditempuh langsung dari keluarganya yang kental dengan tradisi keislaman. Pada tahun 1949, beliau menempuh studi di Semarang dan Solo, di Akademi Dakwah Al Mubalighoh. Di sinilah bakat kepemimpinannya muncul, hingga mendirikan Persatuan Mahasiswa Jombang. Langkah ini mencerminkan visi progresifnya terhadap pendidikan dan dakwah Islam yang berorientasi pada kemandirian kaum muda.

Kiprah KH. Musta’in Romly tidak berhenti di lingkar pesantren. Setelah aktif di Nahdlatul Ulama sejak 1954, beliau turut menggerakkan generasi muda melalui IPNU Pusat dan menjadi jembatan antara dunia pesantren dan pergerakan sosial. Bahkan, pada tahun 1963 beliau berkesempatan berkunjung ke Eropa dan Timur Tengah, menandakan keterbukaannya terhadap pemikiran global tanpa kehilangan akar spiritualnya.

Ketika ayahandanya wafat pada tahun 1958, KH. Musta’in Romly mengambil peran penting sebagai mursyid Thariqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum. Dari tangan beliau, pesantren ini berkembang bukan hanya sebagai lembaga keagamaan, tetapi juga pusat pendidikan formal yang melahirkan ribuan alumni berperan di berbagai sektor. Kini, Darul Ulum Rejoso tetap eksis sebagai salah satu pesantren terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 20.000 santri dan puluhan lembaga pendidikan modern — sebuah bukti nyata dari fondasi yang beliau bangun.

Di bidang akademik, beliau mendirikan dan memimpin Universitas Darul Ulum (UNDAR) sejak 1965 hingga wafat. Langkah itu menandai semangat pembaruan pendidikan Islam di masa di mana perguruan tinggi berbasis pesantren masih sangat langka. Tak hanya di dunia pendidikan, kiprah politiknya pun terbilang penting. Beliau duduk sebagai anggota DPR-MPR RI periode 1983–1985 dan menjadi Wakil Ketua DPP Majelis Dakwah Islamiyah (MDI).

KH. Musta’in Romly wafat pada 21 Januari 1985, namun semangat perjuangannya terus hidup dalam berbagai lini kehidupan umat. Dalam konteks hari ini, ketika dunia pesantren menghadapi tantangan modernisasi dan digitalisasi, kita dapat meneladani visi beliau yang menggabungkan spiritualitas, intelektualitas, dan kepemimpinan sosial.

Kita perlu menghidupkan kembali semangat beliau: membangun pendidikan yang berakar pada nilai agama tetapi terbuka terhadap perubahan zaman. KH. Musta’in Romly bukan hanya simbol masa lalu, tetapi cermin bagi masa depan pesantren dan umat Islam Indonesia yang ingin maju tanpa kehilangan jati diri.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code