![]() |
| Peta Desa Mojotrisno, Mojoagung, Jombang |
Asal-usul nama Mojotrisno selalu menjadi topik menarik yang dibicarakan warga maupun wisatawan. Secara umum, nama ini dipercaya berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “Mojo” dan “Trisno.” Mojo merujuk pada pohon besar berbuah pahit dengan aroma khas, sementara Trisno berarti cinta. Dua kata sederhana ini menyimpan cerita panjang yang menghubungkan masa lalu dengan kehidupan masyarakat masa kini.
Salah satu legenda yang paling dikenal adalah kisah pada masa kejayaan Majapahit. Di wilayah perbatasan kerajaan, hiduplah Mbok Rondo Ayu, seorang perempuan yang dikenal sebagai pengasuh sekaligus perias putri kerajaan. Rumahnya sering menjadi tempat singgah para putri yang bepergian, sehingga ia cukup dekat dengan lingkungan istana.
Suatu hari, seorang pemuda dari Kerajaan Pajajaran datang untuk mencari informasi mengenai Majapahit. Dalam perjalanannya, ia bertemu Mbok Rondo Ayu, yang kemudian memberinya tempat tinggal sementara. Tak disangka, pertemuan ini menjadi awal dari kisah lain yang begitu tersohor. Pemuda tersebut bertemu dengan seorang putri Majapahit yang terkenal kecantikannya. Keduanya sering bertemu di bawah pohon mojo yang tumbuh kokoh di wilayah itu. Pertemuan demi pertemuan membuat hubungan mereka semakin dekat, hingga muncullah benih cinta yang kemudian dikenang sebagai awal mula nama Mojotrisno—tempat di mana cinta tumbuh di bawah pohon mojo.
Namun, legenda cinta bukan satu-satunya cerita yang melekat dalam sejarah desa. Ada pula versi lain yang menyebutkan bahwa Mojotrisno lahir dari perjalanan seorang tokoh bernama Buyut Ali. Ia dikenal sebagai salah satu pengikut Pangeran Diponegoro yang melarikan diri setelah kekalahan dalam Perang Jawa. Terdesak penjajian Belanda, Buyut Ali menempuh perjalanan jauh ke timur, mengikuti aliran sungai sambil menggunakan daun besar sebagai alat mengapung.
Perjalanan panjang dan penuh risiko itu membawanya ke sebuah daerah yang sejuk, teduh, dan memiliki pohon mojo besar. Tempat itu membuatnya merasa menemukan rumah baru. Ia pun menetap, membuka permukiman, dan membangun cikal bakal pedukuhan di wilayah tersebut. Karena rasa cintanya pada tanah baru itu, ia menamainya Mojotrisno—melambangkan kasih mendalam terhadap tempat yang memberinya keselamatan dan kehidupan baru.
Kini, Mojotrisno tidak hanya menyimpan legenda, tetapi juga tumbuh menjadi desa wisata dengan berbagai kegiatan budaya dan potensi lokal. Infrastruktur wisata mulai berkembang, masyarakat semakin aktif mengelola tradisi dan kekayaan alam, serta menata desa agar tetap menarik bagi para pengunjung. Semua itu membuat Mojotrisno tidak sekadar destinasi, tetapi juga ruang bagi kisah-kisah lama yang terus hidup berdampingan dengan perkembangan masa kini.
Bagi wisatawan yang berkunjung, Mojotrisno bukan hanya tentang pemandangan yang asri. Desa ini menawarkan pengalaman untuk merasakan denyut sejarah, menyimak cerita cinta, dan menelusuri jejak perjalanan para tokoh masa lalu. Di Mojotrisno, legenda bukan sekadar cerita—ia menjadi napas yang menghidupkan identitas sebuah desa yang terus berkembang dari waktu ke waktu.


0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!