Ad Code

Ekonomi Sepak Bola dan Peran Diaspora Pemain

SEPAK bola kini bukan sekadar olahraga, tetapi telah menjelma menjadi salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi global dan regional. Di balik gemerlapnya stadion dan sorotan media, ada peran diaspora pemain sepak bola yang seringkali luput dari sorotan, namun memberikan kontribusi signifikan terhadap dinamika ekonomi, baik di negara asal maupun negara tempat mereka berkarier.

Ketika kita berbicara tentang diaspora pemain, kita merujuk pada para pesepak bola yang berasal dari satu negara namun bermain di liga luar negeri. Dalam konteks Indonesia, kita memiliki contoh seperti Sandy Walsh dan Jordi Amat, yang meski lahir dan besar di Eropa, memiliki darah Indonesia dan kini membela tim nasional. Sebaliknya, pemain seperti Marselino Ferdinan dan Arhan Pratama merupakan talenta lokal yang memperkuat klub-klub luar negeri. Mobilitas pemain seperti ini tidak hanya memperluas jejaring sosial dan prestasi olahraga nasional, tetapi juga memperluas jejaring ekonomi.

Pertama, kita perlu memahami bagaimana transfer pemain berdampak pada ekonomi. Ketika seorang pemain diaspora dikontrak oleh klub luar negeri, biasanya klub asalnya—jika si pemain berasal dari akademi lokal—akan mendapat kompensasi berupa biaya solidaritas atau training compensation. Ini telah diatur dalam regulasi FIFA. Dana semacam ini, jika dikelola dengan baik, dapat memperkuat pembinaan usia dini dan infrastruktur sepak bola lokal.

Kedua, diaspora pemain juga meningkatkan nilai ekonomi dari hak siar pertandingan. Misalnya, ketika pemain Indonesia bermain di Liga Slovakia atau Belgia, banyak penonton dari Indonesia yang mulai menonton liga tersebut. Ini menciptakan potensi pasar baru bagi liga tersebut, dan secara tidak langsung membuka peluang kerja sama ekonomi lintas negara. Kita bisa melihat bagaimana media Indonesia seperti Vidio atau Mola TV mulai tertarik membeli hak siar liga-liga luar ketika ada pemain Indonesia bermain di sana.

Ketiga, kehadiran pemain diaspora juga mendukung diplomasi ekonomi. Sepak bola menjadi jembatan hubungan internasional, tidak hanya antar-pemerintah tetapi juga antar-masyarakat. Seorang pemain diaspora yang tampil baik bisa menjadi ikon nasional dan membawa citra positif bagi negaranya di mata dunia. Ini kemudian bisa mendorong peningkatan hubungan bilateral, investasi asing, hingga pariwisata. Contohnya, ketika Timnas Indonesia mengikuti Piala Asia 2023 di Qatar dengan diperkuat oleh pemain diaspora, sorotan terhadap Indonesia meningkat secara signifikan di media internasional.

Menurut laporan Transfermarkt tahun 2024, nilai pasar pemain diaspora Indonesia di luar negeri terus meningkat. Contohnya, nilai pasar Marselino Ferdinan yang kini bermain di Oxford United mencapai 700 ribu euro, meningkat dua kali lipat dibandingkan saat ia bermain di Liga 1. Kenaikan ini tidak hanya mencerminkan performa individu, tetapi juga meningkatnya nilai pasar sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Ini adalah sinyal positif bahwa kita memiliki potensi untuk menjadi bagian dari arus ekonomi sepak bola global.

Namun, ada tantangan yang perlu kita hadapi. Salah satunya adalah minimnya dukungan infrastruktur dan sistem pembinaan berstandar internasional di dalam negeri. Banyak pemain muda yang akhirnya memilih hijrah ke luar negeri bukan hanya karena tawaran finansial yang lebih baik, tetapi juga karena sistem pembinaan yang lebih profesional. Ini harus menjadi alarm bagi federasi dan klub-klub di tanah air untuk berbenah.

Kita juga perlu mendorong adanya kebijakan insentif bagi pemain diaspora yang ingin kembali atau memberikan kontribusi bagi pengembangan sepak bola nasional. Mereka memiliki pengalaman, akses, dan jejaring yang bisa memperkaya ekosistem sepak bola kita. Bentuk kontribusi itu bisa dalam bentuk pelatihan, pembukaan akademi sepak bola, hingga kerja sama investasi antar-klub.

Peran diaspora pemain sepak bola harus kita lihat sebagai peluang strategis, bukan sekadar fenomena kebetulan. Mereka bukan hanya duta olahraga, tetapi juga agen perubahan ekonomi yang dapat memperluas potensi kita dalam kancah global. Jika kita mampu memfasilitasi dan mengelola keberadaan mereka dengan baik, maka diaspora bukan hanya akan mencetak gol di lapangan, tetapi juga gol-gol ekonomi yang menguntungkan negara asalnya.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code