![]() |
Area Persawahan [Foto: istockphoto] |
Ketahanan pangan bukan sekadar soal ketersediaan beras di gudang Bulog. Lebih dari itu, ketahanan pangan adalah kemampuan kita untuk memproduksi, mengakses, dan mendistribusikan pangan secara mandiri dan berkelanjutan, terutama di tingkat lokal. Saat kita mampu mencukupi kebutuhan pangan dari hasil pertanian sendiri, kita tak hanya mengurangi ketergantungan impor, tetapi juga memperkuat ekonomi desa dan menekan laju inflasi pangan.
Sayangnya, data dari Badan Pangan Nasional (BPS) menunjukkan bahwa pada 2023, Indonesia masih mengimpor lebih dari 2 juta ton beras dan ratusan ribu ton kedelai, jagung, serta bawang putih. Ketergantungan ini bukan hanya membebani devisa negara, tetapi juga menjadikan kita rentan terhadap fluktuasi harga global dan krisis pangan internasional.
Kita bisa belajar dari krisis pangan global yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina sejak 2022. Harga gandum dunia melonjak, menyebabkan gelombang inflasi di berbagai negara. Di Indonesia, meskipun bukan negara pengimpor utama gandum, efek domino dari lonjakan harga pangan turut mempengaruhi harga pangan pokok lainnya seperti minyak goreng dan beras. Situasi ini menegaskan bahwa memperkuat pertanian lokal adalah langkah strategis untuk menghindari ketergantungan pada dinamika global.
Pertanian lokal menyimpan potensi besar untuk menjawab tantangan ini. Dengan dukungan teknologi, sumber daya manusia, dan kebijakan yang tepat, kita bisa menjadikan petani lokal sebagai garda terdepan dalam menjaga pasokan pangan. Namun kenyataannya, sektor pertanian kita masih menghadapi berbagai masalah struktural semacam alih fungsi lahan, mandeknya regenerasi petani, keterbatasan akses modal dan teknologi, serta rendahnya harga jual hasil tani.
Saat ini, jumlah petani semakin menurun. Berdasarkan data BPS 2023, proporsi rumah tangga petani menyusut menjadi sekitar 24 juta rumah tangga dari lebih 31 juta pada awal 2010-an. Generasi muda enggan turun ke sawah karena pertanian dianggap tidak menjanjikan. Padahal, jika dikelola dengan pendekatan modern dan berkelanjutan, pertanian bisa menjadi sektor ekonomi yang menarik dan menguntungkan.
Inovasi dalam pertanian lokal harus menjadi prioritas. Di berbagai daerah, kita sudah melihat contoh baik. Petani di Kulon Progo berhasil mengembangkan sistem irigasi tetes berbasis sensor kelembaban tanah yang hemat air. Di Malang, koperasi petani hortikultura menggunakan digital marketplace untuk menjual sayuran langsung ke konsumen tanpa perantara. Inisiatif-inisiatif semacam ini perlu diperluas dan difasilitasi oleh pemerintah.
Selain itu, kita perlu membangun sistem distribusi pangan yang adil dan efisien. Salah satu kendala utama petani lokal adalah tingginya biaya logistik dan ketergantungan pada tengkulak. Akibatnya, harga di tingkat konsumen bisa naik dua atau tiga kali lipat dari harga yang diterima petani. Pemerintah harus hadir dengan kebijakan yang melindungi harga di tingkat petani dan memperkuat rantai pasok lokal.
Ketahanan pangan juga memerlukan keberagaman pangan. Kita terlalu bergantung pada beras sebagai satu-satunya sumber karbohidrat. Padahal Indonesia kaya akan pangan lokal seperti jagung, sagu, singkong, dan umbi-umbian. Kita perlu mendorong konsumsi pangan alternatif ini melalui edukasi dan kampanye gaya hidup sehat. Dengan begitu, pertanian lokal tidak hanya menghasilkan pangan yang cukup, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya kita.
Kita juga perlu menekankan pentingnya pertanian ramah lingkungan. Pertanian berkelanjutan yang meminimalisasi penggunaan pestisida dan pupuk kimia bukan hanya baik bagi kesehatan, tapi juga menjaga kesuburan tanah untuk generasi mendatang. Program pertanian organik yang digalakkan di Bali, misalnya, mampu meningkatkan nilai jual produk sekaligus menarik wisatawan yang peduli pada ekologi.
Mengandalkan pertanian lokal bukan berarti kita menutup diri dari perdagangan internasional. Namun, kita harus menjadikan produksi lokal sebagai fondasi utama ketahanan pangan. Impor hanya digunakan sebagai pelengkap atau saat kondisi darurat, bukan sebagai kebiasaan rutin.
Dalam menghadapi ketidakpastian global, dari krisis iklim hingga geopolitik internasional, pertanian lokal adalah kunci untuk memastikan bahwa kita tetap bisa makan dari hasil bumi sendiri. Kita harus mendukung petani kita, membeli produk lokal, dan mendorong kebijakan yang berpihak pada pertanian berkelanjutan.
0 Komentar
Thanks for your visiting and comments!