Ad Code

Menyusuri Asal Usul Desa Galengdowo dari Pematang Kuno

Peta Desa Galengdowo, Wonosalam, Jombang

GALENGDOWO adalah salah satu desa di Kecamatan Wonosalam, Jombang, mungkin terlihat seperti desa lereng biasa yang dikelilingi kebun kopi, salak, durian, dan udara sejuk khas pegunungan. Namun di balik itu, desa ini menyimpan cerita lama yang menghubungkannya dengan masa kejayaan Majapahit. Cerita itu berpusat pada satu hal sederhana, yaitu sebuah pematang kuno yang dulunya merupakan pematang sawah yang panjang, membentang kira-kira 10 kilometer dari Dusun Galengdowo RT 08 hingga kawasan hutan Gunung Candi, di sekitar aliran Kali Ondo.

Bagi warga setempat, pematang ini bukan sekadar jalur pemisah sawah. Sejak masa silam, ia menjadi penghubung antara beberapa dusun seperti Galengdowo, Plumpung, dan Sanggar. Sejarah tutur masyarakat menyebut bahwa pada zaman Majapahit, pematang tersebut sudah digunakan sebagai akses perjalanan, sekaligus menjadi petunjuk asal usul nama desa. Meski tidak ada catatan tertulis mengenai tahun pasti berdirinya pemerintahan desa, keberadaan pematang yang telah dikenal sejak era Majapahit memberi gambaran bahwa pemukiman di kawasan ini sudah terbentuk sejak berabad-abad lalu.

Salah satu kisah yang masih sering diceritakan adalah cerita sabung ayam antara warga Gunung Candi dan Dusun Sanggar. Dua ayam jago yang bertanding digambarkan memiliki ciri khas berbeda: ayam klawu bendo dari Gunung Candi dan ayam wiring kuning dari Sanggar. Jalan pematang digunakan warga sebagai rute untuk mendatangi pertarungan itu. Dari cerita rakyat tersebut, ada sosok yang konon berjanji akan pulang tanpa menginjak tanah bila ayamnya kalah. Saat kekalahan benar-benar terjadi, ia tetap menepati ucapannya dengan menghamparkan daun pada jejak langkahnya. Daun-daun itu diceritakan berubah menjadi batu, menghadirkan mitos yang memperkuat posisi pematang sebagai lokasi penting dalam ingatan kolektif warga.

Kini, Galengdowo tidak hanya dikenal lewat cerita lamanya. Dalam beberapa tahun terakhir, desa ini berkembang sebagai kawasan wisata alam dan pertanian. Wonosalam sendiri menjadi salah satu sentra durian unggulan di Jawa Timur, dengan produksi mencapai lebih dari 3 juta buah per tahun menurut data Dinas Pertanian Jombang 2023. Galengdowo menyumbang sebagian dari produksi tersebut melalui kebun durian rakyat yang tersebar di lereng-lerengnya. Selain durian, kopi dan salak dari Galengdowo mulai mendapat tempat di pasar lokal, seiring peningkatan minat wisatawan pada wisata kebun dan edukasi kopi maupun event "Bancakan Salak"..

Dari sisi pembangunan, Galengdowo termasuk desa yang aktif mengembangkan infrastruktur dasar. Hingga 2024, program jalan lingkungan, perbaikan saluran irigasi, dan perluasan akses wisata menjadi prioritas pemerintah desa untuk memperkuat konektivitas antardusun yang secara geografis berada di medan perbukitan.

Cerita pematang panjang yang menjadi asal nama Galengdowo kini menjadi bagian identitas desa. Tak sekadar jalur tanah, tetapi simbol perjalanan panjang masyarakat yang hidup di sekitarnya sejak masa lampau sampai saat ini. Dengan potensi alam yang terus berkembang, Galengdowo bergerak maju tanpa melupakan akar sejarah yang membentuknya.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code