Ad Code

Watudakon, Desa Tua yang Lahir dari Batu Dakon


DI wilayah Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, terdapat sebuah desa yang menyimpan kisah panjang bernama Watudakon. Desa ini tidak hanya memiliki nilai historis, tetapi juga menyimpan cerita asal-usul yang diwariskan secara turun-temurun. Nama Watudakon diyakini lahir dari penemuan batu unik yang bentuknya menyerupai dakon, sebuah permainan tradisional yang pernah populer di kalangan masyarakat Jawa. Temuan tersebut menjadi penanda yang kemudian melekat sebagai identitas desa hingga saat ini.

Watudakon secara administratif terbagi menjadi empat dusun, yaitu Dusun Watudakon, Jungkir, Rembugwangi, dan Jerukwangi. Meski keberadaannya sebagai desa baru diakui pada tanggal 8 Agustus 1941, wilayah ini sesungguhnya telah memiliki sistem pemerintahan jauh sebelumnya. Catatan sejarah desa menyebut bahwa pada 8 Agustus 1830, Watudakon telah dipimpin oleh seorang Bekel atau Kepala Adat. Artinya, kehidupan sosial dan sistem pemerintahan di desa ini telah berjalan ratusan tahun sebelum pengesahan administratif modern.

Kisah awal terbentuknya desa tidak lepas dari peran para sesepuh yang membuka hutan belantara menjadi permukiman. Sosok Mbah Buyut Giyah dikenang sebagai tokoh pertama yang membabad kawasan tersebut. Makamnya kini berada di Dusun Rembugwangi, menjadi salah satu penanda jejak sejarah awal desa. Setiap dusun di Watudakon juga memiliki tokoh pembabad masing-masing. Dusun Jungkir dibuka oleh Mbah Buyut Mangun Djojo, Dusun Watudakon oleh Mbah Buyut Gantiyah, sedangkan Dusun Rembugwangi oleh Mbah Buyut Sodho. Khusus Dusun Jerukwangi pada masa awalnya masih menjadi bagian dari Rembugwangi, sebelum berkembang menjadi wilayah tersendiri.

Dengan luas wilayah sekitar 408 hektar dan jumlah penduduk mencapai lebih dari tujuh ribu jiwa, Watudakon tumbuh sebagai desa yang mayoritas warganya menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Sawah dan ladang menjadi pemandangan umum yang membentuk wajah desa. Namun, sejarah Watudakon tidak hanya sebatas desa agraris. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, wilayah ini dikenal sebagai penghasil sumber yodium. Potensi inilah yang kemudian melahirkan industri besar di sekitar kawasan tersebut.

Sekitar tiga kilometer dari Watudakon, berdirilah pabrik farmasi besar yang kini menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, yaitu Kimia Farma. Keberadaan pabrik ini tidak lepas dari sumber yodium yang berasal dari tanah Watudakon, meski aliran akhirnya bermuara di Dusun Beluk, Desa Jombok. Hal ini menunjukkan bahwa desa kecil di uatara Jombang ini memiliki kontribusi penting dalam sejarah industri farmasi di tanah air.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code